13 September 2008

Episode: bulan sabit di sepertiga awal Ramadhan

Mampukah malam 
Melewati satu bahagia
Atau hanya sekedar canda tawa?
Sedang selalu saja tak ada
Jaminan pagi esok
Mentari kembali menyapa

Bila matahari esok pun belum tentu datang 
Rasakan sinar tulusnya malam ini
Di sini
Dalam hati
Dan tersenyum
Dan bersyukurlah

Bagaimana meraskan hangat
Bila sejauh matahari melayang 
Hati yang menanti
Masih dan mungkin selalu terkurung pada satu kuil
Terjaga naga
Juga parit dalam sempit himpit 

Rasakanlah,
Walau raga jauh terhimpit,
Terjepit.
Bebaskan jiwa
Hirup udara bebas 
Penuh kasih sayang
Walaupun hanya sebatas penantian

Penantian bagi pengelana adalah keniscayaan 
Meski berjuang hanya akan terbuang
Kebebasan
Hanya satu bentuk hiburan pada bayang-bayang
Pada bayangan hitam tersorot nyala lilin
Tertiup angin
Menunggu habisnya, dan mati!

Bila lilin itu padam
Buatlah api dari sisa-sisa kayu semangat
Terbakar ingin-ingin yang hadir membayang
Di tepian jiwa
Dan hangatkanlah 
Raga rapuh itu dengan secuil kepercayaan
Di mana api itu berkobar

Bagaimana ada nyala api
Jika pemantiknya hanyut
Terbawa derasnya air terjun 
Pada bendungan perjuangan
Sedang gesekan roda besi 
Tak cukup membakar 
daun kering sekalipun

terima kasih pada api 
yang membakar
dan angin 
yang terus mengobarkan malam…

-9 Ramadhan 1429 H-





Tidak ada komentar: