Mampukah malam
Melewati satu bahagia
Atau hanya sekedar canda tawa?
Sedang selalu saja tak ada
Jaminan pagi esok
Mentari kembali menyapa
Bila matahari esok pun belum tentu datang
Rasakan sinar tulusnya malam ini
Di sini
Dalam hati
Dan tersenyum
Dan bersyukurlah
Bagaimana meraskan hangat
Bila sejauh matahari melayang
Hati yang menanti
Masih dan mungkin selalu terkurung pada satu kuil
Terjaga naga
Juga parit dalam sempit himpit
Rasakanlah,
Walau raga jauh terhimpit,
Terjepit.
Bebaskan jiwa
Hirup udara bebas
Penuh kasih sayang
Walaupun hanya sebatas penantian
Penantian bagi pengelana adalah keniscayaan
Meski berjuang hanya akan terbuang
Kebebasan
Hanya satu bentuk hiburan pada bayang-bayang
Pada bayangan hitam tersorot nyala lilin
Tertiup angin
Menunggu habisnya, dan mati!
Bila lilin itu padam
Buatlah api dari sisa-sisa kayu semangat
Terbakar ingin-ingin yang hadir membayang
Di tepian jiwa
Dan hangatkanlah
Raga rapuh itu dengan secuil kepercayaan
Di mana api itu berkobar
Bagaimana ada nyala api
Jika pemantiknya hanyut
Terbawa derasnya air terjun
Pada bendungan perjuangan
Sedang gesekan roda besi
Tak cukup membakar
daun kering sekalipun
terima kasih pada api
yang membakar
dan angin
yang terus mengobarkan malam…
-9 Ramadhan 1429 H-
13 September 2008
Episode: bulan sabit di sepertiga awal Ramadhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar